Kamis, 12 November 2015

WHATEVER IT, DON'T WALK AWAY
 https://c1.staticflickr.com/3/2889/11844803386_b484366ae9_b.jpg
Seseorang pernah mengatakan, "Bagaimanapun dirimu, aku akan menerimamu". Tapi sekarang, aku tidak pernah tahu di mana ia saat aku sedang berjalan sendiri di tengah hujan. Saat aku harus membuka payungku dan masih berpikir, mungkin kau akan datang.
Tidak, kau tidak pernah datang.
Aku pikir selama ini kita mengalami musim semi bersama. Tapi ternyata itu tak pernah kau rasakan sepertihalnya aku menyukai bagaimana rerumputan liar bersama butir embun terinjak oleh langkah kaki kita. Sekarang aku sadar, kau tidak merasakan yang sama denganku.
Sekarang hujan turun pada tahun yang berbeda, namun masih pada bulan Oktober. Hujan turun dan kita tak lagi berada pada tempat yang sama seperti dulu. Entahlah, kau berubah. Seandainya aku boleh mengulang waktuku saat terakhir kali bersamamu. Seandainya aku bisa mengerti kesalahanku, maka kita tidak akan saling menjauh.
Sungguh, sekarang aku merindukanmu.
Pepohonan basah di sekelilingku, bersama bangku kosong yang menggores ingatanku tentang masa lalu yang begitu kelam. Air memukul tanah, menyiprat-nyipratkan segala emosi yang berkecambuk. Sungguh, aku sangat ingin kau ada di sini.
Semua tujuanku yang dulu sudah pupus. Aku kehilangan segalanya. Segala hal yang dulu kita rencanakan dengan gila, sebuah jembatan yang kita buat untuk menyeberang ke pulau yang berbeda. Sudah hambruk, entah, mungkin rapuh. Ada satu harapanku saat kulintasi jalan yang tak bergeming sama sekali. Apapun itu, aku mohon jangan berpaling dan pergi begitu saja.
Hujan membuatku merasakan dingin yang tak terbatas. Terutama saat kau berpaling, menjauh, lalu pergi dan tak pernah kembali lagi.